Kamis, 11 September 2008
Tips dalam Berdoa
Doa adalah permohonan kepada Tuhan yang pada dasarnya pasti dikabulkan. Hal ini adalah janji Allah: "Berdoalah kepadaku maka niscaya akan Aku penuhi doamu itu"
Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu keadaan hati dan pikiran yang tidak yakin terhadap apa yang kita minta. Mulut memang meminta sesuatu, tetapi hati berkata ah itu tidak mungkin. Maka yang dikabulkan adalah yang tidak mungkin itu sehingga kita pun tidak mendapatkannya. Jadi Allah akan mengabulkan apa yang benar-benar diyakini dan menjadi fokus dalam hati seorang hamba-Nya.
Dalam bukunya Quantum Ikhlas, Erbe Sentanu memberikan 3 kata kunci untuk suksesnya sebuah doa, yaitu: permintaan, keyakinan, dan sikap menerima. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Permintaan: bahwa dalam meminta kepada Tuhan hendaknya kita fokus dan konkrit, serta dalam bentuk present tense. Jadi jangan ada kata-kata akan, nanti, dst. Lakukan hal ini dengan khusyuk, yakni ketika kita berada dalam kondisi gelombang otak alfa (alphamatic brain wave). Pada kondisi seperti itu, maka kita terhubung dengan dimensi Ketuhanan sehingga hasilnya pun lebih optimal. Sebagai muslim kondisi alpahametic dapat diperoleh ketika suasana benar-benar hening, misalnya saat2 1/3 malam yang akhir. Maka Allah pun berfirman: Dan pada malam hari, bertahajudkan kepada-Ku, maka kamu akan diangkat ketempat kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
2. keyakinan: dalam berdoa kita harus yakin, fokuskan bahwa doa kita pasti di dengar olehnya. Keyakinan letaknya di hati, maka jangan ada sedikitpun rasa ragu. Karena kalau ragu maka keraguan itulah yang akan terkabulkan. Suatu hukum alam menyatakan bahwa kebodohan yang yakin dapat mengalahkan kepintaran yang ragu-ragu. Hal ini pun berlaku pada saat kita berdoa.
3. Penerimaan: bagian ketiga inilah yang paling sulit, karena kita dituntut merasakan sudah menerima apa yang kita minta. Meskipun secara fisik hal itu belum ada. Namun pada dasarnya dalam bentuk imateriil apa yang benar-benar kita minta dengan fokus itu sudah ada, tinggal nunggu saat hal tersebut menjadi padanan fisiknya.
Hukum tarik-menarik (the law of attraction) berlaku di sini, intinya adalah bahwa kita akan menarik apa yang benar-benar kita inginkan dengan fokus.
Gunakan moment Ramadhan ini untuk benar-benar berdoa, memohon kepada-Nya dengan fokus dan hati yang ikhlas. Insya Allah akan terkabulkanlah doa-doa kita. Amin
Senin, 08 September 2008
It can inspire you
Jumat, 05 September 2008
I Always Trust in You
Hidup ini masih penuh harapan
Dan apabila kita masih saling percaya
Maka tidak ada yang perlu kita khawatirkan
Ku berikan cinta tulusku kepadamu
Ayah, Ibu, dan seseorang yang singgah di hatiku.
I always trust in you, n hope that i have a chance to make you better.
Maka akan ku kejar semua mimpi2ku
Karena aku yakin Tuhan dan seluruh alam semesta ini akan bersatu untuk membantuku.
Kamis, 04 September 2008
Baca deh
Aku sibuk, karena itu aku ada!
Tahun ini adalah tahun yang menyadarkan kebutuhan saya akan ‘kelambanan’. Dan sebagaimana diungkapkan Paolo Coelho di dalam masterpiecenya ‘The Alchemist’: kalau kita menghendaki sesuatu secara sungguh-sungguh, alam semesta akan bahu membahu mewujudkan kehendak itu, maka berbagai momentum yang saya temui di tahun ini pun adalah momentum-momentum yang mengungkap lebih lengkap tentang kesadaran menjadi ‘lamban’ itu. Di puncak momentum, di perpustakaan kecil milik sebuah lsm jakarta, saya menemukan sebuah buku yang sangat menggugah, Success Intelelligence: Timeless Wisdom for a Manic Society. Buku yang ditulis psikolog penggagas happines project, Robert Holden, Ph.D. Saya kemudian mencari buku tersebut di hampir semua toko buku yang menjual buku-buku impor, namun sudah tak kebagian. Dengan terpaksa saya memberanikan diri meminjamnya dari perspustakaan lsm itu, dan melakukan dosa yang kesekian kali: memfotokopi.
Di hampir setiap bagian, Holden memberikan quote-quote. Yang sangat menarik, di bawah bab ‘Busy Generation’, dia menulis:
Busy, busy, busy, busy, busy, busy…dead!
Dan di akhir paragraf pertama bagian ini, Robert memberi question tag: Aren’t we all? Bahwa kita semua sepenuhnya merupakan anggota ‘Generasi Sibuk’? Yang sepanjang hidupnya sibuk, lalu tahu-tahu mati!
Ciri pertama yang diindikasi Holden, adalah di dalam ucapan salam kita. Dulu, setelah kata halo, biasanya kita menambahkan kata-kata manis semacam: Senang sekali kita bisa bertemu! Nice to meet you! Sekarang, hampir di setiap perjumpaan yang keluar adalah kalimat: Lagi sibuk apa? Wah pasti sibuk nih!
Menurut tafsiran saya tambahan di salam kita dulu lebih humanis, karena kalimat itu seperti sedang menghargai kehadiran masing-masing kita di hadapan orang lain. Bahwa momen pertemuan adalah momen yang menggairahkan, mengandung chemistry. Di salam jenis kedua, yang seringnya menyudutkan kita untuk mereka-reka kesibukan, cenderung memaksa orang menjawab: Ya, lagi sibuk bla-bla-bla… Dan sudah merasuki pikiran banyak orang bahwa menjawab ‘Tidak’ adalah memalukan, menandakan kemalasan, tidak punya, tidak penting, kurang sukses, dan sejenisnya.
Kesibukan memang sesuatu yang tak bisa dihindari. Kesibukan yang sehat adalah yang sewaktu-waktu, bukannya ‘secara permanen sibuk’. Kesibukan menjadi gaya hidup, menjadi simbol status. Kita kemudian menjadi orang sibuk atau mencari-cari kesibukan. Setiap saat kita siap untuk menyatakan atau menjawab: Aku sibuk! Dengan meminjam silogisme Descartes, generasi sibuk senantiasa komat-kamit mantra: Aku sibuk, oleh karena itu aku ada! Sibuk adalah kebaikan. Menjadi sangat sibuk lebih baik lagi, laksana manusia unggul.
Namun kenyataanya lebih banyak terbalik. Kesibukan menjauhkan dari hidup atau menghalangi menikmati kehidupan, kata lain dari kebahagiaan. Bahkan sebuah proverbia menyatakan: hidup adalah apa yang terjadi ketika kesibukan mereka-reka rencana lain. Hidup hadir di luar kesibukan. Generasi sibuk terdorong oleh optical success, sebuah pencarian kesuksesan, namun tidak pernah benar-benar merasakan. Kita memperoleh banyak hal, namun menjadi sangat sibuk untuk sekedar menikmatinya. Kita mungkin mempunyai rumah, namun tersiksa dengan kesibukan demi membayar angsurannya, sehingga waktu berkualitas di rumah tidak pernah ada. Kita mempunyai suami/istri, namun sangat lelah untuk bisa mengolah cinta. Kita mempunyai anak, yang tanpa disadari sangat cepat menjadi dewasa. Akhirnya untuk bahagia pun, kita menjadi terlalu sibuk.
Robert J Shiller, professor ekonomi di Yale University pernah menulis: Kemampuan memfokuskan perhatian kepada hal-hal yang penting adalah karakteristik utama dari kecerdasan. Kesibukan permanen, menurut Holden, bukan hanya ketidakcerdasan, melainkan kegilaan. Contoh yang umum ia lihat misalnya di beberapa perusahaan di Wall Street apa yang disebut manuver ‘The Double Jacket’. Untuk memperlihatkan kepada para boss sebagai orang beretos ‘start early and finish late’, karyawan selalu membawa jaket cadangan, yang hanya disimpan di atas bahu kursi kerjanya.
Lalu apa yang mesti dilakukan? Jalan pertama adalah mematahkan berbagai mitos tentang kesibukan, yakni: bahwa kesibukan bukanlah kesuksesan yang nyata; kesibukan bukanlah tujuan kita; kesibukan tak mengandung nilai implisit; kesibukan sangat tidak produktif; dan kesibukan tidaklah people-friendly.
DAN saking saya tak ingin terjebak dalam kesibukan, saya stop curhatnya sampai sini… Hidup yuk! ***
Resource:
Peri Umar Farouk